SOLOPOS.COM - Petugas kesehatan Puskesmas Ngrampal melakukan penyemprotan insektisida saat fogging di lingkungan Dukuh Pilangsari, Desa Pilangsari, Kecamatan Ngrampal, Sragen, Selasa (6/2/2024). (Istimewa/Nugroho)

Solopos.com, SRAGEN — Pemkab Sragen belum menetapkan kejadian luar biasa (KLB) demam berdarah dengue (DBD) kendati ada tiga pasien meninggal dalam sebulan terakhir. Angka ini meningkat drastis mengingat pada 2023 tidak ada kasus kematian akibat DBD.

Jumlah kasus DBD pada 2023 sebanyak 147 kasus tetapi tidak ada kasus kematian. Artinya selama 2023, kasus DBD per bulan 12-13 kasus. Sementara pada Januari-Februari 2024, sudah ada 48 kasus DBD. Hingga akhir Januari 2024 sudah 39 kasus DBD dan pada awal Februari ini ada tambahan sembilan kasus.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

“Penetapan KLB itu harus skala nasional. Daerah tidak bisa menetapkan KLB sendiri. Memang selama 2023 tidak ada kasus kematian dan pada sebulan terakhir ini sudah ada dua kasus kematian DBD dan satu kasus kematian DD,” ujar Kabid Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P) Dinkes Sragen Sri Subekti kepada Solopos.com, Rabu (7/2/2024) siang.

Dia mengatakan hingga Selasa (6/2/2024) pukul 13.00 WIB, jumlah kewaspadaan dini rumah sakit (KDRS) yang masuk ke Dinkes ada 334 kasus dan 48 KDRS di antaranya DBD.

Asisten III Setda Sragen, Muh Yulianto, menyampaikan meskipun kasus meningkat dan ada kematian, DBD di Sragen belum bisa dikatakan KLB. Penanganan DBD, menurutnya, membutuhkan kerja sama semua pihak.

“Semua bergerak untuk pencegahan agar tidak terjadi perkembangan kasus DBD. Pemberantasan sarang nyamuk rutin digalakkan. Kami mengundang desa-desa endemis, camat, kepala puskesmas, perangkat desa, PKK, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Kantor Kemenag, pimpinan RS swasta dan negeri samapai pramuka untuk bersinergi mengatasi DBD,” ujarnya.

Dia menerangkan hasil rakor akan jadi acuan langkah yang dilakukan. Salah satu usulannya, kata dia, gerakan PSN serentak. Dia berharap gerakan satu rumah satu jumantik digalakkan kembali.

Kepala Dinkes Sragen, Udayanti Proborini, mengatakan kasus kematian DBD tidak terfokus tetapi menyebar. Seperti Sumberlawang  yang menjadi kecamatan dengan kasus DBD terbanyak, yakni delapan. Kasus tersebut tersebar di beberapa desa.

Puskesmas di Karanganyar sudah punya rapid test untuk mendeteksi DBD pada pasien yang mengalami panas di hari pertama. Dia menerangkan kalau lewat laboratoriun butuh waktu tiga hari tetapi dengan rapid test itu bisa dilihat arahnya pada hari pertama panas.

“Kasus DBD per Selasa pukul 13.00 WIB ada 48 kasus dengan laporan KDRS sebanyak 334 kasus. Jadi kalau DBD ada 48 kasus maka yang DD sisanya,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya