Soloraya
Sabtu, 23 Maret 2024 - 14:29 WIB

Kembali Merebak di Sukoharjo, Kenali Tanda DBD yang Kerap Disepelekan

Fanisa Tasya Nabilla  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi pasien DBD (JIBI/Solopos/Antara/Syaiful Arif)

Solopos.com, SUKOHARJO – Penyakit demam berdarah dengue (DBD) kini kembali merebak Kabupaten Sukoharjo. Penyakit ini bisa berakibat fatal dan menyebabkan kematian jika tidak segera ditangani. Dua pekan terakhir ini, RSUD Ir Soekarno Sukoharjo menerima lonjakan pasien demam berdarah yang didominasi oleh anak-anak.

Hal itu disampaikan oleh Direktur RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo, Yunia Wahdiyati, kepada Solopos.com Jumat (22/3/2024). Jumlah pasien yang dirawat di IGD melonjak dua kali lipat hingga 60 pasien per hari. “Mereka diambil sampel darah untuk diuji laboratorium. Banyak pasien yang mengalami demam tinggi dan terindikasi suspect dengue,” kata Yunia.

Advertisement

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sukoharjo melalui laman dkk.sukoharjokab.go.id mengimbau masyarakat agar selalu waspada dengan tanda dan gejala DBD agar dapat segera ditangani. DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.

Tanda DBD yaitu :

Nyamuk Aedes aegypti dapat berkembang biak di tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari baik di dalam maupun di luar rumah, antara lain ember, drum, tempayan, bak mandi, atau WC.

Advertisement

Menurut data dari Sukoharjo dalam Angka 2024 yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Sukoharjo, tercatat pada 2023 ada 233 penderita demam berdarah dan 1 meninggal dunia. Angka ini menurun jauh jika dibandingkan 2022, karena di tahun itu kasus demam berdarah tembus 637 penderita dan memakan 7 nyawa.

Dinkes Sukoharjo juga mencatat jumlah penderita penyakit DBD selama periode Januari-Februari 2024 sudah menyerang 63 orang.

Sebagai upaya untuk mengendalikan penyakit DBD, Kepala Dinkes Sukoharjo, Tri Tuti Rahayu, mengatakan akan kembali menggaungkan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di tingkat kelurahan/desa hingga rukun tetangga. Gerakan PSN ini dilakukan dengan membersihkan pot bunga, ban bekas, saluran drainase, atau tempat-tempat genangan air yang berpotensi menjadi tempat bertelur nyamuk.

Advertisement

Gerakan ini dinilai efektif untuk mengurangi angka penyakit DBD. Tidak hanya di lingkungan rumah, namun juga di pondok pesantren (ponpes), sekolah, dan pabrik.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif