SOLOPOS.COM - Kapolres Wonogiri, AKBP Andi Muhammad Indra Waspada Amirullah, menginterogasi Sarmo, Pelaku pembunuhan dua warga Klaten dam Wonogiri, saat jumpa pers di mapolres, Sabtu (9/12/2023). (Solopos.com/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Korban pembunuhan berantai yang dilakukan Sarmo, 35, warga Desa Semagar, Kecamatan Girimarto, Wonogiri, tidak hanya dua orang melainkan empat orang. Salah satu korban bernama Katiyani, 26, warga Desa Sanan, Kecamatan Girimarto.

Jenazah Katiyani yang sudah tinggal tulang kerangka ditemukan warga pada 16 Mei 2020 di jurang dekat tempat permakaman umum, Kelurahan Giriharjo, Kecamatan Puhpelem, Wonogiri.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Kasat Reskrim Polres Wonogiri, Iptu Yahya Dhadiri, saat dihubungi Solopos.com, Minggu (31/12/2023) siang, mengonfirmasi Katiyani yang menjadi korban pembunuhan Sarmo identik dengan mayat tinggal kerangka yang ditemukan di Kelurahan Giriharjo pada 2020 lalu.

“Iya, benar. Korban atas nama Katiyani yang dibunuh Sarmo itu orang yang sama dengan mayat yang ditemukan warga pada 2020,” kata Yahya.

Berdasarkan catatan Solopos.com, mayat Katiyani yang sudah tinggal kerangka ditemukan warga Giriharjo yang sedang mencari rumput pada 16 Mei 2020. Yahya mengatakan pengungkapan kasus pembunuhan terhadap Katiyani itu hasil dari pengembangan kasus pembunuhan berantai dengan tersangka Sarmo.

Katiyani merupakan yang pertama dari empat orang yang dibunuh Sarmo. Keempat korban tidak memiliki hubungan satu sama lain. Tersangka membunuh Katiyani pada 12 Februari 2020 dengan cara dicekik di lantai dan dada korban ditahan menggunakan lutut.

Menurut Yahya, Sarmo dan Katiyani memiliki hubungan pertemanan. Keduanya baru berteman lebih kurang dua pekan saat pembunuhan terjadi. Keduanya berkenalan lewat media sosial Facebook pada 27 Januari 2020.

Sehari setelah berkenalan, Sarmo mengantarkan Katiyani pergi ke salah satu klinik kecantikan di Kecamatan Wonogiri. Kala itu, Sarmo sudah beristri. Begitu pula Katiyani memiliki suami dan anak.

Selanjutnya pada 7 Februari 2020, Sarmo dan Katiyani saling menyapa saat masing-masing mengendarai sepeda motor di jalan Desa Sanan, Girimarto, Wonogiri. Saat itu, Katiyani baru pulang dari menjemput anaknya di sekolah.

Pinjaman Uang Ditolak

Setelah kejadian saling sapa itu, Sarmo mengirimkan pesan kepada Katiyani via Facebook. Keduanya kemudian melakukan percakapan intens di aplikasi tersebut.

Yahya melanjutkan dalam percakapan itu, Katiyani menyampaikan kepada Sarmo ingin menjual sepeda motor Honda Beat warna putih miliknya. Pada 12 Februari 2023, Sarmo mengantarkan Katiyani menjual sepeda motornya di dealer sepeda motor bekas di Kecamatan Sidoharjo.

“Setelah menjual sepeda motor itu, Sarmo mengajak Katiyani jalan-jalan, muter-muter sampai ke Tawangmangu, Karanganyar,” ujar dia.

Menurut Yahya, ketika Sarmo dan Katiyani berhenti di Alun-Alun Giri Krida Bakti Wonogiri, Sarmo meminta agar uang hasil penjualan sepeda motor itu dipinjamkan kepadanya. Namun, Katiyani menolak. Sarmo lalu mengajak Katiyani berjalan-jalan ke Tawangmangu.

Sampai di Tawangmangu pada siang hari, mereka sempat berhenti untuk makan satai. Dari sana mereka melanjutkan perjalanan pulang lewat Magetan, Jawa Timur.

Ketika sampai di Kecamatan Puhpelem, Wonogiri, Sarmo mengarahkan sepeda motornya ke gang menuju permakaman di Kelurahan Giriharjo, Puhpelem. Di sana, Sarmo kembali meminta Katiyani agar meminjamkan uang hasil penjualan sepeda motor.

Namun, Katiyani lagi-lagi menolak. Mereka kemudian masuk ke bangunan di area permakaman untuk berteduh. Di tempat itu, Sarmo masih berusaha merayu Katiyani agar meminjamkan uang kepadanya.

“Katiyani terus menolak, lalu Sarmo mencekik Katiyani hingga meninggal. Jenazah Katiyani kemudian dibuang tidak jauh dari lokasi permakaman,” ungkap Yahya.

Setelah membunuh Katiyani, sambung dia, Sarmo mengambil uang senilai Rp11,5 juta yang dibawa perempuan itu. Untuk menghilangkan jejak, Sarmo membuang tas selempang dan handphone milik Katiyani ke bawah jembatan tidak jauh dari permakaman.

Tes Kejiwaan Pelaku

Namun sebelum itu, Sarmo sempat mengoperasikan handphone Katiyani untuk mengirimkan pesan melalui Whatsapp kepada Gito, suami Katiyan. Isi pesan tersebut seolah-olah Katiyani pergi meninggalkan suami dan satu anaknya ke Kalimantan Timur karena sudah memiliki pria idaman lain.

“Hal itu dilakukan Sarmo agar keluarga Katiyani tidak curiga perempuan itu hilang dibunuh,” ucap dia. Tiga bulan kemudian tepatnya pada Mei 2020, jasad seorang perempuan yang tinggal kerangka ditemukan di area dekat permakaman di Giriharjo, Puhpelem, Wonogiri.

Hasil pemeriksaan DNA memastikan jasad itu merupakan Katiyani, warga Desa Sanan, Kecamatan Girimarto, Wonogiri. Identitas Katiyani sinkron dengan kasus pembunuhan yang dilakukan Sarmo. Yahya menjelaskan Katiyani merupakan korban pertama dari empat korban pembunuhan oleh Sarmo.

Sebelumnya, dalam konferensi yang digelar di Mapolres Wonogiri, Sabtu (30/12/2023), Kapolda Jateng Irjen Pol Ahmad Luthfi menerangkan akan memeriksa kondisi kejiwaan Sarmo sebagai bukti pendukung dalam kasus pembunuhan tersebut.

Pemeriksaan kejiwaan itu juga untuk memastikan bahwa hasil penyidikan polisi valid dan sesuai dengan fakta. Luthfi mengatakan jenazah korban sudah diperiksa di laboratorium forensik Mabes Polri. Hal itu guna memastikan pengungkapan kasus tersebut berdasarkan bukti ilmiah.

“Korban pembunuhan Sarmo ini ada yang ditanam [kubur] di tempat usahanya [penggergajian kayu], ada yang di kebun dan ladang, ada juga yang diletakkan begitu saja di kuburan. Jadi macam-macam,” kata Luthfi.



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya