Soloraya
Minggu, 24 September 2023 - 19:39 WIB

Ki Ageng Singoprono, Keturunan Raja Majapahit yang Sebarkan Islam di Boyolali

Nimatul Faizah  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Makam Ki Ageng Singoprono di Gunung Tugel, Nglembu, Sambi, Boyolali. (direktoripariwisata.id)

Solopos.com, BOYOLALI — Ki Ageng Singoprono memiliki peran yang sangat penting dalam penyebaran ajaran agama Islam di wilayah Boyolali, khususnya daerah yang kini masuk wilayah Sambi, pada abad ke-17.

Atas jasa besarnya itulah setiap tahun pada bulan Safar diadakan acara haul atau peringatan hari kematian tokoh besar tersebut. Ki Ageng Singoprono yang dikenal juga dengan nama Singoprono I atau Singoprono Sepuh, selain menyebarkan agama Islam juga menjadi pemimpin di wilayah tersebut pada masanya.

Advertisement

Pegiat sejarah dan budaya Boyolali, R Surojo, menceritakan Singoprono merupakan pemimpin masyarakat Simo Walen. Menurutnya, Singoprono adalah salah satu keturunan Raja Majapahit terakhir yaitu Prabu Brawijaya V. Singoprono menetap di wilayah Simo pada abad ke-17 untuk menjadi pemimpin sekaligus penyebar agama Islam di wilayah itu.

“Beliau hidup semasa Kerajaan Mataram Islam, sekitar abad ke-17, semasa Amangkurat, dan beliau menjadi demang sekaligus ulama di daerah Simo yang sekarang menjadi wilayah Sambi,” tuturnya saat berbincang dengan Solopos.com di sela-sela acara haul Ki Ageng Singoprono di Gunung Tugel, Desa Nglembu, Sambi, Boyolali, Minggu (24/9/2023).

Advertisement

“Beliau hidup semasa Kerajaan Mataram Islam, sekitar abad ke-17, semasa Amangkurat, dan beliau menjadi demang sekaligus ulama di daerah Simo yang sekarang menjadi wilayah Sambi,” tuturnya saat berbincang dengan Solopos.com di sela-sela acara haul Ki Ageng Singoprono di Gunung Tugel, Desa Nglembu, Sambi, Boyolali, Minggu (24/9/2023).

Surojo menjelaskan dulunya Sambi-Simo menjadi satu wilayah dan dipimpin Demang Ki Ageng Singoprono. Singoprono dikenal juga sebagai pengajar agama yang bijaksana. Cara Singoprono menyebarkan agama Islam pun disesuaikan dengan adat dan kebiasaan masyarakat pada saat itu.

Misalnya melalui kenduri yang merupakan adat kebiasaan masyarakat sejak sebelum masuknya agama ke Nusantara. Selain itu, Singoprono juga dikenal dengan nama Syekh Jagung berkat keberhasilannya mengajak Simo untuk menanam jagung pada saat itu.

Advertisement

Dengan kearifan dan kesederhanaannya, Singoprono menjadi tokoh yang menginspirasi warga sekitar. Surojo menjelaskan Ki Ageng Singoprono adalah sosok pemimpin yang dicintai rakyatnya, sehingga banyak orang yang datang berziarah ke makam Ki Ageng Singoprono.

Bukan hanya warga lokal, Surojo mengatakan warga luar Jawa Tengah seperti Jakarta, Bandung, Lampung, dan daerah lain juga sering berziarah untuk mendoakan Ki Ageng Singoprono.

Lebih lanjut, Surojo menceritakan meski semasa hidup, Singoprono tinggal di daerah Simo Walen, sekitar tiga kilometer dari Desa Nglembu, penyebar Islam itu dimakamkan di Gunung Tugel, Desa Nglembu, Sambi, Boyolali.

Advertisement

“Jadi dimakamkan di Gunung Tugel itu ada kaitannya dengan kepercayaan masyarakat. Ada keyakinan bahwa seorang ulama yang luhur itu seyogyanya dimakamkan di tempat yang tinggi dan dekat dengan Tuhan,” kata dia.

Surojo menyampaikan dulunya Gunung Tugel masuk di wilayah Simo. Namun, sejak Staatsblad 1847, wilayah Gunung Tugel masuk Sambi. Daerah tempat tinggal Singoprono masuk wilayah Simo, sedangkan makamnya berada di Sambi.

Haul Digelar setiap Tahun

“Dari Walen ke sini jaraknya paling hanya tiga kilometer. Namun, karena Staatsblad 1847 itu, akhirnya jadi wilayah administrasi tersendiri,” kata dia.

Advertisement

Sebelumnya, ribuan orang berbondong-bondong datang ke Gunung Tugel untuk berziarah sekaligus memperingati haul Ki Ageng Singoprono, Minggu (24/9/2023).

Ribuan orang tumplek blek di jalan Tlatar-Simo tepatnya di Nglembu, Sambi, Boyolali. Beberapa orang terlihat menunggu di tangga dan sekitarnya. Mereka menunggu giliran untuk bisa naik dan berziarah di makam tokoh penyebar Islam tersebut.

Peziarah bergantian naik-turun ke makam untuk berdoa. Sementara itu dari Pemerintah Desa Nglembu dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Boyolali menyelenggarakan kirab budaya.

Kirab dimulai dari Balai Desa Nglembu menuju Gunung Tugel yang berjarak sekitar 1 kilometer. Kepala Desa (Kades) Nglembu, Sutoto, menyampaikan kegiatan haul dengan kirab tersebut rutin dilaksanakan setiap tahun. “Haul Ki Ageng Singoprono ini selalu kami laksanakan karena beliau adalah tokoh penyebar agama Islam di Boyolali, termasuk di Sambi-Simo,” kata dia.

Kepala Disdikbud Boyolali, Supana, menjelaskan selain penyebar agama Islam, Ki Ageng Singoprono juga dikenal sebagai tokoh yang mengajarkan pertanian, budi pekerti, dan kearifan.

Ki Ageng Singoprono dikenal dengan budi pekertinya yang luhur sehingga jejaknya dikenang dan ditiru masyarakat sekitar. “Setelah kirab, akan ada pengajian juga yang dihadiri 3.000 lebih orang,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif