SOLOPOS.COM - Pengawas TPS 5 Desa Selodoko, Kecamatan Ampel, Boyolali, Parjono, di teras rumahnya, Jumat (2/2/2024). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Pria difabel berusia 43 tahun itu duduk di kursi roda sambil mencoba memakai rompi bertuliskan Pengawas TPS atau Tempat Pemungutan Suara di Dukuh/Desa Selodoko, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali, Jumat (2/2/2024).

Tak lupa, ia juga memakai topi senada dengan seragam Pengawas TPS yang dikenakannya. Pria tersebut adalah penyandang disabilitas daksa bernama Parjono.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Di kalangan anggota Komunitas Difabel Ampel (KDA), ia akrab disapa Jon. Pada hari pemungutan suara pada 14 Februari nanti, Jon akan bertugas sebagai pengawas di TPS 5 Desa Selodoko.

Pria difabel itu menceritakan ini adalah kali pertama bertugas sebagai pengawas TPS dalam Pemilu di Boyolali. Awalnya, ia mengetahui ada lowongan pengawas TPS dari Panitia Pengawas Pemilu Kelurahan/Desa (PKD) Selodoko yang diunggah di Story Whatsapp.

Bermodalkan ijazah paket C setara SMA yang baru saja ia tempuh pada 2023, ia pun mendaftar menjadi pengawas TPS. “Motivasi saya mendaftar yaitu sebagai seorang difabel ingin ikut menyukseskan Pemilu yang jujur dan adil. Saya juga ingin membuktikan bahwa difabel juga bisa [menjadi berpartisipasi sebagai pengawas pemilu],” jelas dia kepada wartawan, Jumat.

Setelah melewati seleksi administrasi dan wawancara, Jon dinyatakan lolos menjadi pengawas TPS. Ia mengingat beberapa materi yang diujikan kepadanya seperti tugas-tugas pengawas TPS, komitmen terkait waktu menjadi pengawas TPS, kendala dengan mobilitas serta aksesibilitas, dan lain-lain.

Jon mengaku sempat pesimistis tidak lolos karena pesaingnya adalah nondifabel dan anak kuliahan. Namun, ternyata dia yang diumumkan lolos. Ia menduga karena faktor bisa lolos karena waktunya yang lebih fleksibel sebagai tukang servis elektronik sehingga tidak terikat jam kerja atau jam kuliah.

Dorongan untuk Difabel Lain

Ia menyampaikan sudah berkali-kali menjadi pemilih dalam Pemilu di Indonesia, akan tetapi memang baru bisa berpartisipasi sebagai pengawas karena sebelumnya ia belum tergabung dalam komunitas difabel dan wawasannya belum luas.

“Setelah ikut berorganisasi, saya akhirnya punya wawasan dunia di luar seperti apa. Akhirnya ikut Kejar Paket C setara SMA. Sebelumnya saya kan hanya lulusan MTs. Setelah dapat ijazah Paket C, saya pakai untuk mendaftar pengawas TPS,” kata dia.

Setahunya, ia menjadi satu-satunya pengawas TPS dari kalangan difabel di Kecamatan Ampel, Boyolali. Penyandang disabilitas lain yang juga turut berpartisipasi sebagai pengawas TPS ada di Kecamatan Gladagsari. Sedangkan di daerah lain, Jon mengaku belum tahu.

Lebih lanjut, Jon mengajak kawan-kawannya sesama penyandang disabilitas untuk turut serta menyukseskan Pemilu 2024 baik secara pemilih, peserta, penyelenggara, dan pengawas.

“Silakan dicoba segala peluang yang ada di depan selama kita mau dan mampu. Mari sukseskan Pemilu karena penyandang disabilitas juga mempunyai hak pilih,” kata dia.

Jon telah dilantik pada Senin (22/1/2024). Selanjutnya, ia akan mengikuti bimbingan teknis terkait tugas-tugas kepengawasan dan penggunaan aplikasi untuk pengawasan dalam waktu dekat.

Sementara itu, Koordinator Divisi Sumber Daya Manusia (SDM) dan Organisasi Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Boyolali, Tedjo Dwijanto, menyampaikan ada empat pengawas TPS dari kalangan difabel.

Prinsip Kesetaraan

“Jumlahnya ada empat, tersebar di Kecamatan Ampel, Gladagsari, Andong, dan Simo. Panwascam dan PKD tidak ada [penyandang disabilitas],” kata dia.

Ia menyampaikan dalam seleksi pengawas TPS juga mengedepankan prinsip kesetaraan. Menurutnya, yang terpenting pengawas TPS bisa bekerja dan sesuai dengan kualifikasi yang diminta bagi pekerjaan tersebut.

Selain itu, Tedjo tidak khawatir terkait aksesibilitas pengawas TPS difabel akan terganggu karena area tempat pemungutan suara juga telah aksesibel bagi mereka.

Kades Selodoko, Ampel, Boyolali, Lasmo, menyambut baik keterlibatan kalangan difabel sebagai pengawas TPS Pemilu. Apalagi ia mengenal Jon sebagai pribadi yang cerdas, inovatif, gigih, dan pekerja keras. Menurutnya, ada 14 penyandang disabilitas di Selodoko dan Jon menjadi salah satu difabel yang mandiri.

“Ada 14 orang difabel di Selodoko, mereka biasanya berjualan, usaha kuliner, menjahit, dan bekerja secara mandiri. Namun, tidak dimungkiri belum semua mandiri karena ada yang keterbatasan mental, itu tidak bisa,” kata dia.

Menurutnya, bergabungnya Jon sebagai pengawas TPS menjadi ajang pembuktian bahwa penyandang disabilitas mampu mengawal Pemilu 2024. Ia juga yakin Jon bisa menjalankan tugas kepengawasan saat hari pemungutan suara dengan baik.

“Ini adalah bentuk penghargaan bagi kaum difabel di samping memang yang bersangkutan mampu untuk menjalankan tugas di bidang kepengawasan,” tandasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya