SOLOPOS.COM - Komunitas Milk City Friend Family saat tampil di Kebun Raya Indrokilo Boyolali, Desember 2023. (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Berdiri sejak 2011, Milk City Friend Family (MCFF), sudah lebih dari 10 tahun menjadi wadah bagi musisi yang tergabung dalam band-band indi lokal asal Kota Susu Boyolali untuk berkreasi. Selama 10 tahun itu pula komunitas ini mengalami pasang-surut, termasuk dalam hal jumlah band indi yang ikut berkegiatan.

Namun, hal itu tak menyurutkan MCFF untuk terus eksis. Perjalanan panjang telah dilalui komunitas ini. Bahkan meski sang dedengkot komunitas itu, yakni Fandi Taher Ahmad, sudah meninggal dunia pada 2022 lalu, MCFF tetap lanjut berkarya.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Salah satu anggota MCFF, Iksan dari grup Hiphop KERP, menjelaskan pembentukan MCFF tak lepas dari gagasan Fandi Taher Ahmad atau yang lebih dikenal dengan nama Fandi Panjul. Musisi asli Boyolali itu juga merupakan rekan Iksan sesama personel grup KERP.

Awal mula berdirinya MCFF, tutur dia, tak lepas dari komunitas musik metal Boyolali Metal Head Circle (BMHC) yang terbentuk pada 2010 dan telah membuat beberapa event musik metal di Boyolali dengan tajuk Existence from Our Resistance.

Iksan menjelaskan Existance from Our Resistance adalah event metal tahunan yang berlanjut hingga tahun ketiga. Fandi Taher merupakan salah satu anggota BMHC yang juga pencetus nama BMHC itu sendiri.

“Merasa perlu membuat sebuah nama kolektif yang mencakup tidak hanya genre metal, kemudian terbentuk lah nama Milk City Friend Family [MCFF] yang kemudian sering membuat acara musik kolektif all genre di Boyolali dan sekitarnya,” cerita Iksan kepada Solopos.com, Minggu (7/1/2024).

Sebagai informasi, Fandi meninggal dunia pada 2022 dan untuk menghormati karya-karyanya, MCFF menggelar acara tribute to Fandi pada 2022. Sesama rekan musisi di Boyolali menggelar Forging a Legacy tribute to Fandi Panjul. Semua donasi yang masuk lewat acara tersebut didedikasikan untuk keluarga Fandi.

Menggelar Event

Tak hanya di Boyolali, musisi di Klaten dan Solo juga membuat acara yang sama. Iksan mengakui Fandi Panjul cukup berpengaruh dalam dunia musik di Boyolali karena memiliki relasi musisi yang luas.

Meski sang penggagas MCFF telah tiada, para anggota MCFF tetap bertekad untuk eksis. Iksan menjelaskan tribute to Fandi di Boyolali memakai nama MCFF karena mendiang Fandi sering memakai nama tersebut saat membuat agenda musik.

“Selanjutnya kami yang satu tongkrongan dengan Fandi, sepakat untuk meneruskan semangat Fandi, dengan memakai nama MCFF tiap bikin event. Yang jelas sampai saat ini tidak ada yang mengklaim MCFF milik siapa, MCFF adalah kita semua rekan-rekan setongkrongan Fandi,” jelas dia.

musisi boyolali
Komunitas Milk City Friend Family saat tampil di Boyolali beberapa waktu lalu. (Istimewa/MCFF)

Iksan menjelaskan MCFF menjadi mewadahi bagi musisi berbagai genre seperti hip hop, pop, punk, metal, dan hardcore di Boyolali. Berdasarkan catatan Solopos.com, MCFF pernah tampil dalam Boyolali Tourism Fest 2023 di Kebun Raya Indrokilo Boyolali. Saat itu, ada dua band yang turut tampil yaitu Paskot Hood dan KERP.

Mereka tampil bersama menyanyikan lagu hip-hop milik Paskot berjudul Indraloka Boyolali. Ada pula yang tampil menyanyikan lagu masing-masing. Iksan menyebutkan ada banyak band lokal di Boyolali.

Ia tidak bisa menghitung pasti jumlah band yang ada, akan tetapi ada banyak band lain seperti Tanpa Batas, Bastard, Electric Troops, Esruboy, dan beberapa band lain yang masih satu tongkrongan dengan MCFF.

Ia menyebut ada berbagai band yang dulunya bergabung kemudian vakum, bubar, dan membentuk komunitas musik tersendiri. Walaupun begitu, eksistensi musisi band indi di Boyolali tidak mati.

Tampil di Luar Kandang

MCFF juga tetap hidup dengan band-band indi yang masih ada. Walaupun begitu, Iksan mengakui KERP dan Paskot paling sering tampil sambil membawa nama MCFF.

“Kami juga sering bikin acara, EO [event organizer] begitu. Sudah enam gigs lebih. Kalau di MCFF banyak genre, MCFF itu lebih seperti tongkrongan teman-teman musik. Kami nongkrongnya di belakang Pasar Boyolali Kota, ada tempat nongkrong namanya [warung makan] Rombong Gaul Sekuat Tenaga,” jelas dia.

Iksan mengatakan Rombong Gaul Sekuat Tenaga menjadi tempat basecamp teman-temannya sepulang bekerja, hanya untuk makan atau mampir bertemu teman-teman.

Semangat MCFF, lanjut dia, adalah menjadi wadah bagi musisi dan band-band indi di Boyolali. Selain itu, MCFF juga bertujuan memperkenalkan band-band indi Boyolali ke masyarakat, termasuk warga Kota Susu yang belum mengetahui ada komunitas musisi lokal.

Selain tampil di kandang, Iksan menyampaikan anggota MCFF juga pernah bermain di beberapa daerah seperti Solo, Salatiga, Semarang, dan lain-lain.

Terpisah, salah satu warga Boyolali, Luqman Hakim, 20, mengaku baru mengenal MCFF dalam ajang Boyolali Tourism Fest 2023. Ia yang turut hadir dalam acara tersebut sempat melihat penampilan Paskot dan KERP.

Luqman berharap band-band indi bisa lebih sering diberi waktu untuk tampil di acara besar kabupaten sehingga semakin dikenal warga. Ia menilai musik dan lirik yang dibawakan kedua kelompok musik tersebut sangat enak didengar dan terngiang-ngiang di kepalanya.

“Waktu mendengarkan kepala otomatis ngangguk-angguk. Semuanya lagu-lagunya bagus, tapi yang Indraloka, karena ada kata Boyolali Tersenyum, lembu sora, alun-alun kidul. Jadi gampang terngiang di pikiran,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya