SOLOPOS.COM - Para petugas berjaga di depan pagar dan gerbang masuk ke blok napi di dalam LP Kelas IIA Sragen, Rabu (18/10/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Lembaga Pemasyarakatan (LP) Kelas IIA Sragen melakukan pengukuran luas blok hunian untuk mengetahui kondisi ideal jumlah narapidana (napi) atau warga binaan pemasyarakatan (WBP). Dari hasil pengukuran diketahui jumlah warga binaan idealnya sebanyak 381 orang, tetapi sekarang dihuni sebanyak 505 napi dan tahanan.

Pengukuran ulang luas blok tersebut didasarkan Surat Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkum HAM) No. PAS1.PR.01.04-87 tentang Perhitungan Kapasitas dan Permintaan Data Bangunan Lapas, Rutan, dan Cabang Rutan.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Berdasarkan surat itu ada perhitungan luas minimal yang dibutuhkan setiap warga binaan untuk ruang gerak dan tidur, yakni seluas 2 meter persegi. Luas ruang gerak WBP itu mengacu pada tinggi rata-rata orang dewasa di Indonesia, yakni 165 cm.

Penjelasan itu diungkapkan Kepala LP Kelas IIA Sragen, Tunggul Buwono, saat ditemui wartawan di kantornya, Rabu (18/10/2023). Pengukuran luas blok itu sebagai upaya mitigasi risiko menyangkut masalah isi hunian LP secara keseluruhan.

Dari pengukuran itu, ujar dia, diketahui daya tampung ideal LP Kelas IIA Sragen sebanyak 381 orang tetapi sekarang berisi sebanyak 505 orang.

“Ada kelebihan sebanyak 124 orang. Selama saya menjabat Kepala LP, ya baru kali ini jumlah WBP terbanyak sampai 505 orang. Perhitungan itu didasarkan Surat dari Kemenkum HAM terbaru. Ratusan WBP itu terbagi atas enam blok, yakni Blok A untuk warga binaan perempuan, Blok B untuk tahanan, Blok C, D, E, dan F untuk napi. Khusus Blok D dan F untuk para napi narkoba dan blok lainnya untuk napi kriminal umum,” jelasnya.

Tunggul menyatakan dari ratusan napi itu, yang paling banyak merupakan napi narkoba. Dengan kondisi LP yang kelebihan penghuni maka pola pengamanan diefektifkan. Selain itu sarana dan prasarana penunjang untuk tidur, makan dan minum para warga Binaan ditingkatkan.

“Jadi bayangannya untuk kenyamanan istirahat, para warga binaan bisa menempati ruang kosong, seperti ruang yang biasa untuk salat atau ruang lain. Untuk pengamanan dengan pendekatan dan edukasi,” jelasnya.

Ketika ada warga binaan yang merencanakan kejahatan, kata Tunggul, sudah diantisipasi dengan cara mengawasi gerak mereka. Ada prosedur operasional standar yakni memecah 3 napi yang bergerombol.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya