SOLOPOS.COM - Kepala Desa Jatimarto, Ngadirojo, Wonogiri, Sutrisno (kiri) dan pengelola kebun, Saptono, memeriksa pohon durian di tanah kas desa Jarimarto, Kamis (5/10/2023). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Desa Jatimarto di Kecamatan Ngadirojo, Wonogiri, menjadi salah satu desa yang cukup serius mewujudkan ketahanan pangan berkelanjutan dengan merintis sentra durian. Adanya peta jalan ketahanan pangan yang jelas menjadi kunci utama desa bisa mewujudkan cita-cita tersebut.

Seperti diketahui, sesuai Peraturan Menteri Keuangan No 201/PMK.07/2022 tentang Pengelolaan Dana Desa, minimal 20% dari dana desa yang diterima tiap desa harus dialokasikan untuk program ketahanan pangan.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Program ketahanan pangan bisa dirintis dengan memaksimalkan pengelolaan sumber-sumber pangan lokal sehingga tercipta diversifikasi pangan. Ketahanan pangan salah satunya tecermin dari adanya keragaman sumber pangan di suatu wilayah.

Kepala Desa Jatimarto, Kecamatan Ngadirojo, Wonogiri, Sutrisno, mengatakan sejak kali pertama ada Permenkeu terkait alokasi 20% dana desa untuk ketahanan pangan pada 2022, Jatimarto sudah menentukan tujuan pengalokasian anggaran tersebut.

Pemerintah Desa (Pemdes) Jatimarto ingin desa itu menjadi sentra penghasil durian di Wonogiri. Sutrisno menyebut program itu bukan tanpa alasan. Desa Jatimarto beberapa tahun belakangan ini sudah dikenal sebagai penghasil durian lokal.

Banyak warga yang memiliki tanaman durian meski hanya di pekarangan atau lahan sekitar rumah. Sayangnya, ketika musim panen, mereka tidak banyak mendapatkan untung lantaran harga ditentukan tengkulak.

“Kami sudah dapat branding desa yang menghasilkan durian. Cuma itu tadi, komoditas ini belum terkelola dengan baik. Dengan brand yang sudah ada itu, kami ingin Jatimarto ini benar-benar menjadi sentra durian. Goal-nya peningkatan PA Desa [pendapatan asli desa] dan peningkatan kesejahteraan warga desa,” kata Sutrsino saat berbincang dengan Solopos.com di kebun durian Desa Jatimarto, Kamis (5/10/2023).

Manfaatkan Lahan Kas Desa

Dia mengakui hasil dari program itu tidak bisa dicapai secara instan. Pada 2022, Pemdes Jatimarto menganggarkan sekitar Rp93 juta untuk pengolahan lahan, pembuatan sumur dalam, pengadaan pompa air, dan pengadaan bibit tanaman durian.

Kemudian pada 2023 ini anggaran yang dikeluarkan Pemdes Jatimarto, Wonogiri, untuk optimalisasi program ketahanan pangan dan menjadi sentra penghasil durian ada sekitar Rp54 juta. Anggaran itu digunakan untuk perawatan, irigasi, pemupukan, dan lain-lain.

Sebagai informasi total dana desa yang diperoleh Jatimarto dari pemerintah pusat pada 2023 ini mencapai Rp917,1 juta. Sutrisno menjelaskan desa menanam 153 batang pohon durian di lahan kas desa seluas lebih kurang 7.800 meter persegi.

Tanaman itu dikelola pemerintah desa. Di sela-sela tanaman durian, ada ruang kosong yang belum tertanami itu untuk dimanfaatkan warga. Mereka bisa menanam tanaman hortikultura tanpa biaya sewa. Desa pun tidak meminta bagian dari hasil panen itu. 

Setidaknya ada sembilan warga yang memanfaatkan lahan di sela-sela tegakan pohon durian itu untuk menanam kacang tanah pada musim penghujan, terung, semangka, cabai, dan lainnya. Pemdes memprioritaskan warga yang mau bertani tetapi tidak memiliki lahan untuk memanfaatkan area kosong tersebut.

“Ini program baru berjalan tetap satu tahun. Untuk mendapatkan hasilnya, butuh waktu empat-lima tahun ke depan lagi. Tetapi sembari menunggu itu. Lahan di sela-sela pohon durian bisa ditanami tanaman oleh warga,” kata dia.

Ancaman Krisis Pangan

Sutrisno mengklaim program ketahanan pangan Desa Jatimarto, Wonogiri, dengan mewujudkan sentra durian ini tidak main-main sekadar menghabiskan anggaran. Dia menjelaskan pada saat pengadaan bibit durian, pemdes telah mencari beberapa referensi produsen bibit durian hingga ke luar daerah.

Akhirnya diputuskan mengambil dari produsen bibit di Klaten. Pemerintah desa juga mendapat jaminan pendampingan dari pemasok bibit sampai pohon itu panen. Bahkan ketika ada bibit atau pohon yang mati akan diganti pohon yang seukuran. 

“Kelak, kami ingin durian dari kebun ini tidak dijual ke tengkulak melainkan langsung ke konsumen. Ini akan memutus rantai distribusi. Nah warga yang punya durian, besok enggak perlu lagi dijual ke tengkulak. Tapi bisa dijual di sini. Harapanya nanti orang Wonogiri tidak perlu lagi beli durian sampai Karanganyar, dicegat di sini,” ujarnya.

Sebagai informasi, kebun durian itu berada di pinggir jalan provinsi ruas Ngadirojo-Girimarto. Sutrisno mengatakan akan menjual durian itu di kebun pinggir jalan tersebut. Di sisi lain, ia ingin kebun itu kelak bisa menjadi agrowisata.

Sebelumnya, Kepala Bidang Ketahanan Pangan Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertan) Wonogiri, Niken Kuntari, mengatakan selama ini Wonogiri masih bergantung dengan satu jenis produk pangan sebagai makanan pokok yaitu beras.

Kendati produksi beras di Wonogiri selalu mencukupi kebutuhan lokal dan bahkan surplus, tetapi hal itu tidak berarti memiliki ketahanan pangan yang berkelanjutan.

Niken menyatakan ketergantungan pada satu jenis produk pangan berisiko terjadi krisis pangan apabila jenis pangan tersebut bermasalah. Misalnya terkena hama, gagal panen, atau harga melambung sehingga tidak lagi terjangkau. Maka dari itu perlu keberagaman pangan sebagai makanan pokok.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya