SOLOPOS.COM - Anggota Sanggar Kresna Patra mengerjakan pesanan goodie bag di workshop mereka di Desa Klewor, Kemusu, Boyolali, Jumat (24/5/2024). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Suara mesin jahit berpadu bak menari dengan gerak tangan empat orang penyandang disabilitas daksa di salah satu rumah bertuliskan Sanggar Kresna Patra di Desa Klewor, Kecamatan Kemusu, Kabupaten Boyolali, Jumat (24/5/2024) siang.

Mereka menjahit kain untuk dijadikan goodie bag berwarna merah pesanan dari restoran yang menjual makanan ayam cepat saji. Beberapa orang lain duduk beralaskan tikar, ada pula yang berkursi roda merapikan jahitan dan melipat goodie bag.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Tak berselang lama, salah seorang laki-laki yang awalnya menjahit berjalan mengesot keluar gedung workshop sanggar menuju halaman. Terlihat beberapa sepeda motor roda tiga modifikasi terparkir rapi.

Laki-laki itu menuju satu sepeda roda tiga modifikasi yang berisi tumpukan kain berwarna merah lalu kembali ke mesin jahitnya. Ia adalah salah satu anggota Sanggar Kresna Patra, wadah bagi para penyandang disabilitas atau difabel untuk belajar mandiri dan berdaya.

Pengelola Sanggar Kresna Patra, Sri Setyaningsih, menyampaikan Kresna Patra adalah kepanjangan dari Kelompok Kreasi Inklusi Nusantara. Nama tersebut memiliki harapan agar tercipta inklusi dalam kehidupan masyarakat Boyolali. “Kami benar penyandang disabilitas, tapi kami tidak mau diistimewakan,” kata dia.

Sri mengungkapkan saat ini ada 25 anggota Sanggar Kresna Patra. Mereka semua sudah terlatih menjahit dan membuat berbagai barang seperti tas atau goodie bag. Bahkan, beberapa bulan terakhir, penjahit Sanggar Kresna Patra mendapatkan pesanan goodie bag dari salah satu restoran pizza, restoran ayam cepat saji, dan salah satu toko emas.

Para anggota sanggar menggarap pesanan tersebut. Namun, tidak semua anggota mengerjakan pesanan di sanggar terutama mereka yang telah memiliki mesin jahit di rumah. Ia menjelaskan pada awal diresmikan 2021, Kresna Patra memang hanya beranggotakan para difabel. Namun, kini sudah ada ibu rumah tangga yang ikut bergabung.

Bantuan Mesin Jahit

Sri menyampaikan walau sanggar baru diresmikan pada 2021, kegiatan sosial untuk membantu penyandang disabilitas bisa mandiri dan berdaya telah ia lakukan sejak akhir 2017. Pada saat itu, pemberdayaan difabel dilakukan di sektor kuliner. Namun, karena harga bahan makanan melambung tinggi, usaha tersebut gulung tikar.

Seiring waktu berjalan, ada permintaan tenaga kerja dari kaum difabel. Sri yang memiliki dasar kemampuan menjahit, mengalihkan program pemberdayaan dan kemandirian difabel di bidang konfeksi.

sanggar krena patra difabel boyolali
Anggota Sanggar Kresna Patra mengerjakan pesanan goodie bag di workshop mereka di Desa Klewor, Kemusu, Boyolali, Jumat (24/5/2024). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Dalam membina para penyandang disabilitas, Kresna Patra bekerja sama dengan pemerintah, corporate social responsibility (CSR) Pertamina, dan CSR beberapa perusahaan garmen konfeksi di Boyolali.

Gabungan lintas sektor tersebut akhirnya berdiskusi bersama agar penyandang disabilitas bisa difasilitasi pelatihan. “Kami berdiskusi bersama bagaimana teman-teman disabilitas bisa difasilitasi untuk pelatihan. Jadi perusahaan tidak hanya meminta [tenaga kerja], tapi juga ikut melatih dan menciptakan tenaga kerja profesional,” kata dia.

Sri mengingat pada pelatihan pertama, ia belum memiliki mesin jahit sehingga harus meminjam ke Balai Latihan Kerja (BLK) Boyolali sebanyak 10 unit. Namun, saat ini Sanggar Kresna Patra telah memiliki lebih dari 15 mesin jahit baik dari pemerintah dan perusahaan.

Tak hanya mesin jahit di sanggar, terdapat pula bantuan mesin jahit untuk beberapa peserta yang telah selesai pelatihan dan bekerja di rumah. Sri menjelaskan terdapat pelatihan menjahit setiap tahunnya untuk para difabel yang digelar secara gratis selama kurang lebih 18 hari. Pada 2024 ini, Kresna Patra juga membuka pelatihan batch keempat pada 4-22 Juni 2024.

“Yang telah kami latih sejak 2021 sampai saat ini ada sekitar 450 orang [difabel tuli dan daksa]. Yang masuk ke perusahaan ada 57 penyandang disabilitas. Sisanya ada yang berwirausaha dan kembali ke keluarga,” kata dia.

Sekitar 450 peserta berasal dari hampir 22 kecamatan di Boyolali. Tak hanya itu, pelatihan juga terbuka untuk peserta dari luar Boyolali. Lokasi pelatihan di Sanggar Kresna Patra, sehingga bagi peserta yang jauh bisa tinggal sementara di sanggar dengan akomodasi seadanya.

Jadi Pekerja Profesional dan Mandiri

Sri menjelaskan mereka yang lulus pelatihan di sanggar Kresna Patra ada yang bekerja seperti menjadi operator sewing, gudang, pengiriman, penurunan barang, steam, operator, packing, dan sebagainya. Posisi tersebut didasarkan hasil asesmen selama pelatihan.

Sri menjelaskan pembinaan yang dilakukan di Sanggar Kresna Patra tidak hanya hardskill akan tetapi juga softskill dan lifeskill. Peserta yang hanya mampu dibimbing di lifeskill dikembalikan ke keluarganya. Sebagian peserta pelatihan di Sanggar Kresna Patra ada juga yang akhirnya membuka jasa jahit atau konfeksi di rumah masing-masing.

sanggar krena patra difabel boyolali
Anggota Sanggar Kresna Patra di workshop mereka di Desa Klewor, Kemusu, Boyolali, Jumat (24/5/2024). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Lebih lanjut, Sri mengatakan pelatihan tersebut berguna untuk mempersiapkan penyandang disabilitas agar siap bekerja secara profesional dan mandiri. “Pada dasarnya kami tidak mau hanya sebagai pelengkap undang-undang atau dasar belas kasihan. Kami mau ikut berkontribusi dalam produksi perusahaan tersebut. Kami juga ingin menjadi jantung perusahaan,” jelas dia.

Sementara itu, salah satu anggota Sanggar Kresna Patra asal Ngargotirto, Genengsari, Kemusu, Giyarto, 50, mengaku bergabung dengan perkumpulan yang diinisiasi Sri itu sejak 2019. Saat itu Kresna Patra belum terbentuk dan masih bernama Karya Mandiri.

Awal bergabung, Giyarto belajar menjahit kepada Sri. Ia menceritakan awal belajar memang tidak mudah, akan tetapi ia berusaha untuk tetap belajar. “Saya sehari-hari ngesol [jasa sol sepatu], pas sepi ngesol ya ke sini, pas sini sepi yang ngesol. Untuk kegiatan di Kresna Patra ini agar bisa bertambah ilmu, teman, dan penghasilan,” jelas pria berkursi roda tersebut.

Giyarto menjelaskan sebelum bergabung bersama organisasi yang Sri dirikan, ia hanya bisa berada di rumah. Ia jarang keluar dan bertemu masyarakat karena repot dan tidak ada kendaraan.

Mendapat Motivasi

Ia baru mendapatkan bantuan kendaraan modifikasi setelah bergabung bersama kelompok difabel. Kendaraan tersebut ia gunakan untuk berkeliling menjajakan jasa sol sepatu.

“Sebelum bergabung, saya hanya di rumah, enggak bisa ke mana-mana. Setelah bergabung bisa bertemu teman-teman dan bisa menambah semangat hidup,” kata dia.

Giyarto menceritakan kondisi kakinya lumpuh sejak kecelakaan pada 2001. Hal itu membuatnya tak memiliki semangat hidup. Semangatnya baru bangkit ketika diajak keluar rumah dan bertemu sesama penyandang disabilitas daksa.



Hal senada juga disampaikan, Abdul Rosyid, asal Jumapolo, Karanganyar. Setelah mengalami kecelakaan dan tangan kanannya diamputasi pada 2021, ia kehilangan arah dalam hidup dan bekerja. Sebelumnya ia bekerja di sebuah restoran wilayah Pemalang.

Kemudian, pada 2022 ia berusaha bangkit dari keterpurukan karena seringkali melihat nasib orang yang tidak lebih beruntung darinya. Akan tetapi, ia bingung harus memulai dari mana. Beruntung salah satu temannya mengenalkan dia ke Sanggar Kresna Patra dan mengikuti pelatihan pada 2022.

“Sekarang bekerja di PT Pan Brothers yang di Mojosongo, menjadi operator sewing,” kata laki-laki 21 tahun tersebut. Ia bersyukur karena bisa memperoleh pekerjaan dan memiliki gaji yang sesuai dengan Upah Minimum Kabupaten (UMK).

“Waktu pelatihan di sini selain materi pelatihan, kami juga diberikan motivasi sehingga semakin tumbuh keinginan untuk bekerja,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya