SOLOPOS.COM - Mentari Sehat Indonesia Wonogiri menjalin kerja sama dengan Dinkes Wonogiri dan RSUD Wonogiri terkait penanganan penyakit TBC di Ruang Pertemuan Sarwo, Wonogiri, Senin (26/2/2024). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Jumlah temuan kasus Tuberkulosis (TBC) di Kabupaten Wonogiri meningkat dari tahun ke tahun. Tren peningkatan temuan kasus ini menjadi hal positif karena semakin banyak pasien TBC yang mendapatkan pengobatan, target eliminasi penyakit menular itu berpeluang bisa tercapai pada 2030.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Wonogiri, Satyawati, mengatakan jumlah temuan kasus TBC di Wonogiri pada 2023 mencapai 1.436 kasus. Jumlah itu sudah melebihi estimasi atau target capaian sebanyak 1.419 kasus. Semakin banyak kasus yang ditemukan, pengendalian penyakit TBC akan semakin mudah.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Mereka yang terdiagnosis TBC bisa mendapatkan pengobatan. Orang yang kontak erat dengan pasien TBC juga bisa lebih mudah dalam melakukan tindakan pencegahan penularan sehingga meminimalkan penambahan kasus baru.

Data Dinkes Wonogiri, pada 2020, capaian deteksi kasus TBC ada 682 kasus. Kemudian 2021 sebanyak 619 kasus, dan pada 2022 mencapai 1.196 kasus. Terbaru pada 2023, ada 1.436 kasus TBC yang terdeteksi.

Satyawati menjelaskan jumlah temuan kasus sebanyak itu hasil dari pemeriksaan 13.652 orang suspek TBC selama setahun. Jumlah capaian suspek itu pun sudah melebihi target ditetapkan sebanyak 7.663 orang suspek.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Wonogiri berupaya meningkatkan temuan kasus TBC pada 2024. Hal itu sesuai target temuan kasus yang ditetapkan Dinkes pada tahun ini yaitu 2.515 kasus.

Satyawati menyebutkan peningkatan target temuan kasus ini sudah disesuaikan dengan estimasi jumlah kasus TBC secara nasional. Peningkatan target temuan itu dilakukan agar semua kasus TBC bisa terobati. Dengan begitu, target eliminasi TBC pada 2030 di Indonesia bisa tercapai.

4 Program Penanggulangan TBC

“Jumlah kasus banyak itu bukan berarti kami gagal mengendalikan penyakit TBC. Justru itu target kami agar semua pasien TBC bisa diketahui lalu diobati. Untuk mengeliminasi penyakit, berarti harus tahu dulu kasusnya ada berapa, sebarannya di mana saja. Kalau tidak tahu itu, bagaimana mau mengeliminasi,” kata Satyawati saat ditemui Solopos.com di kawasan Kecamatan Wonogiri, Senin (26/2/2024).

Satyawati menjelaskan ada empat program penanggulangan TBC yang dilakukan Dinkes. Pertama, pencegahan melalui pemberian imunisasi dan terapi pencegahan pada orang yang kontak serumah dengan pasien TBC. Selanjutnya dengan surveilans melalui investigasi kontak, penemuan aktif di populasi berisiko, dan penyediaan akses skrining, diagnosis, dan laboratorium.

Selain itu, penangangan kasus dengan cara penyediaan jejaring diagnosis TBC, pemantauan minum obat, dan penyediaan logistik TBC. Promosi kesehatan juga perlu dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat ihwal pentingnya kesehatan.

“Yang perlu dipahami, penanggulangan TBC ini tidak hanya tanggung jawab Dinkes. Tetapi juga berbagai pihak terkait, termasuk komunitas dan masyarakat. Maka dari itu, kami bekerja sama dengan komunitas untuk bersama-sama menangani TBC di Wonogiri.” Ujar dia.

Anggota Staf Program Mentari Sehat Indonesia (MSI) Wonogiri, Wahyu Uliartha, mengatakan MSI menjadi komunitas yang bergerak dalam penanganan TBC di Wonogiri sejak beberapa tahun terakhir ini.

Dia menyebutkan penanganan TBC di Wonogiri tidak mudah karena geografisnya luas. Apalagi banyak pasien TBC di Wonogiri yang tinggal di pelosok-pelosok desa. ”Ini yang kadang menyulitkan kami dalam mendampingi mereka untuk pengobatan,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya