SOLOPOS.COM - Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sukoharjo, Tri Tuti Rahayu. (Solopos.com/Magdalena Naviriana Putri).

Solopos.com, SUKOHARJO — Meski masa pandemi Covid-19 sudah berakhir, Dinas Kesehatan (Dinkes) Sukoharjo masih melaksanakan vaksinasi Covid-19 di masa endemi ini. Hingga Jumat (22/9/2023) tak ditemukan kasus baru penyakit yang disebabkan virus Corona tersebut.

“Tidak ada penambahan kasus Covid-19 baru di Sukoharjo. Namun vaksinasi Covid-19 di era endemi terus dilanjutkan sampai dengan 31 Desember 2023 sesuai Permenakes no23/2023 tentang pedoman penanggulangan Covid-19,” jelas Kepala Dinkes Sukoharjo, Tri Tuti, kepada Solopos.com, Jumat.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Vaksinasi yang berlangsung hingga Desember 2023 tersebut tak dipungut biaya. Sementara pada 2024 mendatang vaksinasi Covid-19 akan masuk dalam pelayanan imunisasi program dan akan diberikan gratis bagi masyarakat yang memenuhi kriteria. Kriteria yang dimaksud yakni masyarakat berisiko tinggi kematian dan penyakit parah akibat infeksi Covid-19.

Program tersebut terbagi dalam tiga kategori. Pertama, vaksinasi gratis diberikan kepada mereka yang memiliki komorbid dan obesitas berat. Kedua, kepada usia dewasa atau remaja 12 tahun ke atas dengan kondisi immunocompromised sedang atau berat serta wanita hamil. Ketiga, bagi tenaga kesehatan dan tenaga medis. Selain tiga kategori tersebut, vaksinasinya berbayar.

“Meski sudah menjadi endemi, namun surveilans Covid-19 tetap harus dilaksanakan untuk mendapatkan gambaran epidemiologi, memonitor tren penyakit, serta menentukan tindakan penanggulangan yang efektif dan efisien,” papar Tuti.

Bagi pasien yang hasil swabnya menunjukkan positif Covid-19 apabila tidak memiliki komorbid disarankan melakukan isolasi mandiri selama 3-5 hari. Terhadap kasus yang telah terkonfirmasi Covid-19 tetap dilakukan pelacakan kontak erat.

Untuk kontak erat yang bergejala wajib melakukan tes swab. Sedangkan bagi kontak erat yang tidak bergejala wajib  dilakukan pemantauan mandiri selama 3 hari.

Sementara itu, Tuti mengaku sudah menerima informasi dari Kemenkes terkait virus Nipah (NiV). Penyakit emerging zoonotik itu disebabkan oleh virus Nipah yang masuk dalam genus Menipavirus dan famili Paramyxoviridae.

Tuti menyatakan belum ditemukan kasus Nipah di Sukoharjo. Dinkes meminta masyarakat tak khawatir namun tetap mewaspadai kasus tersebut. Virus ini menyebar di India dan sudak memakan korban jiwa.

Direktur Jenderal Dewan Penelitian Medis India (ICMR) menyatakan angka orang meninggal akibat infeksi virus ini jauh lebih tinggi dari pandemi Covid-19. Dikatakan angka kematian akibat pandemi Covid-19 sebesar 2%-3%, sementara pada virus Nipah, tingkat kematiannya 40%-70%.

Penyakit ini dapat ditularkan melalui hewan baik liar maupun peliharaan. Salah satunya kelelawar pemakan buah sebagai host alamiahnya. Seseorang yang terinfeksi virus Nipah akan mengalami gejala asimptomatis (tidak merasakan gejala), infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), hingga ensefalitis (randang otak) fatal.

Seseorang yang terinfeksi, awalnya akan mengalami gejala seperti demam, sakit kepala, mialgia (nyeri otot), muntah, dan nyeri tenggorokan. Gejala ini biasanya diikuti dengan kepala pusing, mudah mengantuk, penurunan kesadaran, dan tanda-tanda neurologis lain yang menunjukkan ensefalitis akut.

“Beberapa orang dapat mengalami pneumonia atipikal dan gangguan saluran pernapasan berat. Itu ciri-ciri seseorang yang terpapar virus Nipah. Kalau di Indonesia terutama Sukoharjo belum ada temuan,” tegas Tuti.

Tuti menambahkan, setelah mampu melewati pandemi Covid-19 ia optimistis masyarakat sudah meningkatkan kesadarannya dalam menjaga kesehatan. Apabila terdiagnosis penyakit akibat virus Nipah, dokter atau tenaga kesehatan juga akan menentukan mekanisme pengobatan yang diperlukan.

Namun sampai saat ini belum ada pengobatan spesifik untuk penyakit virus Nipah, pengobatan ditujukan sebagai terapi suportif dan simptomatik untuk meredakan gejala yang dialami seperti infeksi pernapasan dan komplikasi neurologis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya