SOLOPOS.COM - Pagar bambu dipasang memblokades jalan menuju lokasi pembuatan parit di timu tol Solo-Jogja wilayah Dukuh Kliteh, Jatirejo, Sawit, Boyolali. Foto diambil Rabu (13/9/2023). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Warga Dukuh Kliteh RT 005/RW 001, Desa Jatirejo, Kecamatan Sawit, Boyolali, membuat pagar bambu menutup akses menuju proyek pembuatan parit di dekat terowongan tol Solo-Jogja di dukuh setempat pada Minggu (10/9/2023) pagi.

Hal itu dilakukan sebagai bentuk protes karena pembangunan parit itu membuat warga terancam kehilangan akses. Mereka menuntut agar pelaksana proyek tol membuatkan akses jalan terlebih dahulu bagi tiga keluarga di Dukuh Kliteh yang terancam kehilangan akses tersebut ketika pembuatan parit di depan rumah mereka dilanjutkan.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Ketua RT 005 Dukuh Kliteh, Eko Nugroho, menjelaskan berdasarkan kesepakatan warga, jalan menuju lokasi pembuatan parit sengaja diberi pagar bambu agar material untuk melanjutkan proyek itu tidak bisa masuk.

Eko menjelaskan pada Rabu (13/9/2023) siang, ia mendapatkan telepon dari Pemerintah Desa (Pemdes) Jatirejo yang menginformasikan bahwa pelaksana tol akan mengabulkan tuntutan warga berupa pembuatan akses jalan bagi tiga keluarga tersebut.

Berdasarkan pantauan Solopos.com, tiga keluarga itu menempati dua rumah yang berada di sisi timur proyek tol Solo-Jogja wilayah Dukuh Kliteh. Rumah mereka menghadap ke arah barat atau tol. Di depan mereka terdapat lahan kosong yang masih milik warga dan terdapat gunungan material pasir bercampur batu di tanah wilayah tol.

Parit yang dibangun berada di timur proyek tol Solo-Jogja, di sebelah timur gunungan material proyek tol-Solo Jogja atau di sebelah barat-utara rumah warga. Parit tersebut membujur dari selatan ke utara menuju sungai.

Spanduk Protes

“Jadi dari utara rumah tiga keluarga tadi, lurus ke utara sudah ada parit. Kalau pembangunan parit itu dilanjutkan ke selatan, ditarik garis lurus, parit itu nanti jaraknya dekat sekali dengan rumah warga. Kalau yang dibangun parit duluan, takutnya akses jalannya enggak bisa dibuat,” kata dia saat berbincang dengan Solopos.com di kediamannya, Rabu sore.

Ia menjelaskan sebelum ada jawaban terkait tuntutan warga, ada spanduk protes yang dipasang warga di sekitar area pembangunan parit. Namun, setelah pada Selasa siang terdapat kesepakatan akan dibangun jalan, spanduk tersebut dicabut.

Sedangkan pagar bambu yang menghalangi akses truk pengangkut material pembangunan parit sengaja belum dibongkar. “Pagar bambu itu untuk jaminan. Akan kami cabut kalau [tuntutan warga] sudah benar-benar diwujudkan dengan dibuatkan jalan,” kata dia.

Eko mengatakan sebenarnya dulu telah ada kesepakatan warga bakal diberi akses jalan baru pengganti jalan yang hilang karena tol. Jalan yang lama, tutur dia, berada di lokasi tol sekarang. Namun, hingga saat ini jalan baru belum juga dibangun.

Ia mengatakan jalan yang lama memiliki lebar sekitar empat meter. Sedangkan untuk jalan baru yang akan dibuatkan oleh pelaksana tol, Eko mengatakan warga tidak meminta yang muluk-muluk, cukup tiga meter, asalkan mobil milik warga yang terdampak pembuatan parit bisa masuk.

Salah satu warga yang terdampak pembuatan parit, Rujito, 38, mengaku waswas akan kehilangan akses jalan jika pembuatan parit dilanjutkan. Sehingga, ia meminta pelaksana tol membuatkan jalan di depan rumahnya.

“Dulu di depan rumah saya itu ada jalan, ada rumah-rumah warga. Terus setelah ada pembangunan tol, sekitar lima rumah itu kena. Depan rumah saya dulu juga jalannya bagus, sekarang rata tanah,” kata dia.

Kesepakatan dengan Pelaksana Tol

Ia menceritakan selama proses pembangunan jalan tol, di depan rumahnya terdapat gundukan material. Ketika musim kemarau datang, banyak debu beterbangan. Sedangkan saat musim hujan, ia tidak bisa lewat di depan rumahnya karena halamannya penuh lumpur.

“Jadi kami minta dibuatkan jalan sebelum hujan tiba. Soalnya nanti bakal penuh lumpur di depan rumah, tanah yang dari sana [gunungan material] bakal larut ke sini, terus saya enggak bisa lewat,” kata dia.

Sementara itu, Kaur Keuangan Desa Jatirejo, Sugiarto, membenarkan telah ada kesepakatan antara pelaksana tol dengan Pemdes Jatirejo untuk membuat jalan bagi warga.

Ia menerangkan pelaksana tol akan mencoba membebaskan lahan warga di depan rumah tiga keluarga tersebut. Namun, proses pembebasan lahan akan memakan waktu sekitar dua bulan karena harus meminta persetujuan dari pusat.

Menunggu waktu dua bulan tersebut, tutur Sugiarto, pembuat jalan tol akan berusaha menyewa terlebih dahulu lahan kosong di depan rumah tiga keluarga tersebut.

Sugiarto mengatakan akses pembuatan jalan baru akan dibuat secepatnya. Namun, masih diperlukan pertemuan antara pemilik lahan, pelaksana tol, dan Pemdes Jatirejo. “Nanti kalau sudah kesepakatan bisa disewa lahannya, langsung dibuatkan jalan,” kata dia.

Sementara itu, Pejabat Humas Jogjasolo Marga Makmur (JMM), Rachmat Jasiman, saat dimintai konfirmasi terkait pembuatan jalan itu mengungkapkan tim masih melakukan pengecekan di lapangan.

“Update [pembuatan jalan] setelah dilakukan investigasi, apakah akan dibuatkan jalan atau seperti apa teknisnya,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya