SOLOPOS.COM - Babinsa bersama petani Desa Sekaran, Kecamatan Wonosari, Klaten, melakukan gropyokan di sawah untuk mengendalikan populasi tikus, Jumat (2/2/2024). (Istimewa/Kodim Klaten)

Solopos.com, KLATEN — Petani di beberapa wilayah Klaten melakukan berbagai cara untuk membasmi hama tikus yang merajalela di lahan sawah mereka dan mengancam gagal panen. Gropyokan dengan berbagai bentuk mulai dari bom asap, alat pengemposan, belerang, hingga berbagai alat lain dipilih lantaran dinilai paling efektif.

Selain itu, gropyokan juga lebih aman untuk pengendalian hewan pengerat di lahan pertanian ketimbang penggunaan jebakan berlistrik yang justru bisa membahayakan petani dan warga.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Di Desa Sekaran, Kecamatan Wonosari, gerakan gropyokan digelar rutin saban Kamis oleh petani didukung berbagai unsur seperti TNI, Polri, dan kelompok masyarakat lain. Gropyokan dilakukan seiring semakin meluasnya serangan tikus yang merusak tanaman padi.

Pada Kamis (1/2/2024), gropyokan di Sekaran, Wonosari, Klaten, dilakukan menggunakan bom asap, alat pengemposan, belerang, dan berbagai alat manual seperti cangkul hingga bilah bambu atau kayu. Alat pengemposan diisi dengan jerami kering, arang, serta belerang kemudian dibakar.

Asap yang dihasilkan dimasukkan ke lubang rumah tikus di sawah dan ditutup menggunakan tanah. Cara lain yakni memasukkan bom asap produk pabrikan ke lubang tikus dan lubang ditutup menggunakan tanah.

Kepala Desa (Kades) Sekaran, Hery Tri Marjono, mengatakan setelah memasukkan asap yang sudah dicampur racun ke lubang tikus itu, petani menelusuri ujung lubang dan membasmi tikus yang keluar.

“Cara lain yakni dengan manual membongkar lubang-lubang tikus di tanah menggunakan cangkul untuk mencari keberadaan tikus. Dari gerakan kemarin dapat tikus dua kresek. Ukuran tikusnya besar-besar,” kata Hery saat berbincang dengan Solopos.com, Minggu (4/2/2024).

26 Hektare Sawah Diserang Tikus

Hery menjelaskan gropyokan tikus itu dilakukan secara bersama-sama oleh petani di wilayah Sekaran, Wonosari, Klaten. Cara tersebut lebih efektif jika dilakukan secara bersama-sama agar tikus tak berpindah-pindah sarang.

Hery pun mengakui ada petani yang sempat menggunakan kawat beraliran listrik di sekeliling lahan pertanian. Namun, metode itu membahayakan keselamatan petani sendiri maupun orang lain. Lantaran hal itu, metode pengendalian dengan gropyokan dinilai paling efektif dan aman.

Selain di Sekaran, gerakan gropyokan juga dilakukan petani di Desa Juwiran, Kecamatan Juwiring. Metodenya juga sama dengan memburu tikus di lubang-lubang area persawahan yang diperkirakan menjadi rumah hewan pengerat tersebut.

Serangan hama tikus di area persawahan terjadi di sejumlah kecamatan di Klaten sekitar empat bulan terakhir. Cepatnya hewan tersebut berkembang biak serta daya rusak ke tanaman padi yang kuat membuat petani merugi.

Kepala Bidang Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Klaten, Lilik Nugraharja, menjelaskan dari laporan yang masuk total ada 26 hektare lahan sawah di Klaten yang diserang tikus.

Dari luas lahan tersebut, 22 ha masuk kategori serangan ringan dan 4 ha masuk kategori sedang. “Sebarannya berada di tujuh kecamatan sisi timur-utara yakni Cawas, Karangdowo, Juwiring, Wonosari, Karanganom, Delanggu, serta Pedan,” kata Lilik saat berbincang dengan Solopos.com, Minggu (4/2/2024).

Upaya pengendalian serangan tikus terus dilakukan. Seperti melalui gerakan gropyokan oleh kelompok tani, petugas penyuluh lapangan (PPL), serta aparatur desa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya