Soloraya
Sabtu, 30 September 2023 - 19:41 WIB

Tradisi Rasulan di Bayat Klaten Digelar, Ingkung Kambing Kendit Ikut Diarak

Taufiq Sidik Prakoso  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga mengikuti tradisi rasulan di Dukuh/Desa Wiro, Kecamatan Bayat, Sabtu (30/9/2023) siang. (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN – Ratusan warga berbondong-bondong membawa tenong menuju halaman Masjid Al Islam, Dukuh Wiro, Desa Wiro, Kecamatan Bayat, Sabtu (30/9/2023) siang. Mereka mengikuti tradisi bersih dusun atau rasulan.

Ada sekitar 280 tenong yang dibawa warga. Isinya beragam, mulai dari nasi dan lauk pauk, aneka jajanan pasar, hingga buah-buahan. Tenong-tenong itu memenuhi halaman masjid bersama lautan manusia yang sudah berkerumun.

Advertisement

Tak berapa lama, iring-iringan kirab itu berjalan mengelilingi kampung menuju masjid. Kirab itu diiringi selawatan dan kesenian tradisional seperti jatilan. Rombongan kirab juga membawa sekitar delapan gunungan berisi aneka hasil bumi seperti buah-buahan dan sayuran. Peserta Kirab membawa satu ingkung kambing.

Gunungan hasil bumi kemudian diletakkan di halaman masjid bersama tenong yang dibawa warga. Sementara, ingkung kambing dibawa masuk ke masjid.

Advertisement

Gunungan hasil bumi kemudian diletakkan di halaman masjid bersama tenong yang dibawa warga. Sementara, ingkung kambing dibawa masuk ke masjid.

Dipimpin tokoh masyarakat, warga menggelar doa bersama. Seusai itu, warga berebut isi gunungan. Tak hanya isi gunungan, warga pun mulai memburu aneka hidangan yang disajikan di setiap tenong.

Ada yang membawa plastik, kardus, hingga keranjang untuk mewadahi jajanan yang mereka perebutkan. Pemilik tenong pun dengan suka cita mempersilakan warga yang berdatangan untuk mengambil.

Advertisement

Juru bicara panitia, Sri Daryanto, 56, mengatakan tradisi rasulan menjadi agenda rutin tahunan warga Dukuh Wiro. “Masjid yang jadi lokasi kegiatan ini merupakan masjid tiban yang diperkirakan sudah ada sejak era Mataram Islam. Sejak lama, masyarakat di sini religius sehingga dilaksanakan kegiatan rasulan,” jelas dia saat ditemui di sela kegiatan.

Sri Daryanto mengungkapkan tradisi ini digelar sebagai ungkapan rasa syukur warga atas hasil panen yang melimpah serta ekspresi syukur atas rezeki yang diperoleh bagi warga yang berprofesi selain petani.

“Kegiatan ini juga untuk membangun silaturahmi saudara kami dari Wiro yang ada di mana pun kami hubungi untuk berpartisipasi. Kegiatan ini juga untuk meningkatkan kesadaran bersedekah. Setiap keluarga selain urunan untuk kegiatan, mengeluarkan sedekah dalam bentuk makanan siap saji. Harapan kami tenong datang penuh, pulangnya kosong,” kata Sri Daryanto.

Advertisement

Kegiatan itu dibiayai dari swadaya warga didukung pemerintah desa. Sebagai puncak kegiatan, bakal digelar pentas wayang kulit pada Sabtu malam ini.

Saat pergelaran wayang kulit itu, ingkung kambing yang sebelumnya diarak saat kirab bakal dinikmati bersama oleh warga yang berdatangan. Seusai kirab, ingkung kambing dimasak.

Jenis kambing yang dijadikan ingkung itu bukan sembarangan. Warga mencari jenis kambing kendit, yakni kambing dengan bulu putih melingkar pada bagian perut menyerupai sabuk. Kambing itu kemudian dimasak. Pemilihan kambing kendit sebagai ingkung itu sudah berlangsung secara turun temurun sejak tradisi itu digelar.

Advertisement

“Filosofinya bahwa sabuk putih itu menandakan ajaran akidah Islam dan itu menandakan kesucian,” kata Sri Daryanto.

Ketua panitia kegiatan, Purwono, menyampaikan tradisi ini sempat terhenti selama beberapa tahun gara-gara pandemi Covid-19. “Mulai tahun kemarin kembali digelar. Harapan kami tradisi ini bisa dilaksanakan setiap tahun,” ungkap dia.

Hal senada disampaikan Kepala Desa Wiro, Sinto. Dari tradisi itu, ia berharap warga selalu mendapatkan rezeki melimpah dan terhindar dari mara bahaya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif