Soloraya
Senin, 15 April 2024 - 15:15 WIB

Warung Soto Legendaris di Ampel Boyolali Ikut Ambruk Diterjang Puting Beliung

Nimatul Faizah  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Mak Nah (paling kiri) bersama sejumlah anggota TNI di depan warungnya yang ambruk diterjang puting beliung di Pasar Sigereng Desa Candi, Ampel, Boyolali, Senin (15/4/2024). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Pasar Desa Candi, Kecamatan Ampel, Boyolali, bernama Sigereng luluh lantak diterjang angin puting beliung pada Minggu (14/4/2024) sore. Beberapa lapak pedagang rata dengan tanah, salah satunya warung soto Sigereng Mak Nah yang legendaris dan terkenal di Ampel.

Pemilik Warung Soto Sigereng Mak Nah, Suminah, mengaku sedih dengan bencana yang menimpa warung sotonya. Warung tersebut adalah satu-satunya sumber mata pencaharian keluarganya.

Advertisement

Ia juga bingung untuk memulai lagi karena uangnya telah ia gunakan untuk kebutuhan Lebaran. Perempuan yang akrab disapa Mak Nah tersebut berusaha mengumpulkan dana terlebih dulu untuk membangun kembali warungnya.

Sebenarnya ia berencana membuka lapak pada Selasa (16/4/2024) setelah libur selama hampir sepekan untuk Lebaran. “Lapaknya hancur total, tapi selama libur Lebaran tidak meninggalkan barang seperti mangkuk, gelas, dan lain sebagainya. Jadi yang hancur warungnya, meja, dan kursi,” kata dia saat berbincang dengan Solopos.com di Pasar Sigereng, Senin (15/4/2024).

Advertisement

Sebenarnya ia berencana membuka lapak pada Selasa (16/4/2024) setelah libur selama hampir sepekan untuk Lebaran. “Lapaknya hancur total, tapi selama libur Lebaran tidak meninggalkan barang seperti mangkuk, gelas, dan lain sebagainya. Jadi yang hancur warungnya, meja, dan kursi,” kata dia saat berbincang dengan Solopos.com di Pasar Sigereng, Senin (15/4/2024).

Keluarga Mak Nah telah berjualan soto di lokasi tersebut sejak 1960-an. Saat itu warung soto dikelola ibunya saat Pasar Sigereng menjadi sentra ekonomi. Lalu, pedagang sempat berhenti berjualan pada 1980-an karena terdapat penemuan mayat yang dibunuh secara misterius.

Mak Nah pun kembali melanjutkan usaha warung soto sang ibu pada 2006. Awalnya ia berjualan es campur lalu soto. Saat itu, Mak Nah menjadi satu-satunya penjual di lokasi bekas pasar tradisional Sigereng.

Advertisement

Ia menceritakan dulu berjualan soto di lokasi tersebut hanya menghabiskan ayam satu kilogram per hari. Sekarang, pada hari biasa ia bisa menghabiskan 4-5 kilogram per hari. Sedangkan saat akhir pekan bisa 7 kilogram per hari.

Pelanggan Banyak dari Luar Kota

Mak Nah mengungkapkan pelanggannya justru kebanyakan berdatangan dari para pegowes dan mengaku dari luar kota. Mereka biasanya datang untuk menikmati makan sambil melihat hamparan sawah, sungai, dan gunung di belakang warung.

Ia biasanya berjualan mulai pukul 09.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB. “Sekarang harga soto ayam Rp7.500 per porsi, soto daging sapi Rp10.000 per porsi. Kalau Minggu yang datang banyak,” kata dia.

Advertisement

Sementara itu, salah satu warga Banjar Rejo, Desa Candi, Sardi, sempat datang ke warung soto Mak Nah karena mengira sudah buka. Namun, ia terkejut melihat lapak warung soto Sigereng Mak Nah telah rata tanah.

Ia menjelaskan telah menjadi pelanggan di warung soto itu sejak SD sehingga ketika melihat lapak Mak Nah hancur membuatnya sedih. “Warung soto ini memang terkenal dan legendaris di daerah Ampel karena ada sejak pasar lama. Jadi memang sudah lama,” kata dia.

Selanjutnya, ia mengatakan Pasar Sigereng adalah pasar desa dan telah ada sejak generasi orang tuanya. Ia mengatakan Pasar Sigereng biasanya ramai ketika hari pasaran Kliwon. Sardi terkadang melihat rentetan mobil di depan Pasar Sigereng, bahkan beberapa pedagang tambahan turut hadir.

Advertisement

Sementara itu, Kepala Desa Candi, Warsito, mengakui warung soto Sigereng Mak Nah memang legendaris karena telah ada sejak lama. Ia menyampaikan kejadian puting beliung yang meluluh lantakkan warung soto Mak Nah terjadi sekitar pukul 17.30 WIB.

Ia menjelaskan ada delapan lapak di Pasar Sigereng, lima lapak hancur. “Kejadian sewaktu sore, di Pasar Sigereng kosong tidak ada orang. Sehingga tidak ada korban jiwa,” kata dia saat dijumpai Solopos.com di lokasi kejadian.

Ia mengatakan Pasar Sigereng yang menempati tanah kas desa rencananya direhabilitasi pada 2025. Warga ingin ada pasar dengan lapak yang permanen.

“Kalau di sini lapaknya ada warung soto, dawet, pecel, macam-macam, mayoritas kuliner. Sudah ada sejak saya masih kecil, usia saya sekarang 73 tahun, dulu ada yang jualan sayur, macam-macam seperti pasar. Sekarang hanya kuliner,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif