SOLOPOS.COM - Ilustrasi kaki bayi baru lahir. (Freepik)

Solopos.com, SRAGEN—Angka kematian ibu dan angka kematian bayi menjadi indikator yang lazim digunakan dalam menentukan derajat kesehatan suatu daerah. Angka kematian bayi (AKB) di Sragen Januari-Juni 2024 mencapai 45 kasus. Pada 2023 lalu, kasus AKB di Sragen mencapai 122 kasus.

Kasus AKB tersebut menyebar 18 puskesmas dari 25 puskesmas yang ada di Bumi Sukowati. Secara umum, kasus kematian bayi itu disebabkan berat badan lahir rendah (BBLR). Keterangan dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), BBLR itu adalah berat badan lahir di bawah 2,5 gram yang biasa dialami bayi prematur dengan masa kehamilan kurang dari 37 pekan.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Sragen, Agustin Sri Sumiwi Yuliana, menyampaikan data sebaran kasus kematian bayi di 18 puskesmas. Dari belasan puskesmas itu, kasus kematian bayi paling banyak terjadi di wilayah Puskesmas Masaran 1 sebanyak enam kasus. Padahal pada kasus di 2023 di Puskesmas Masaran 1 ini juga ada sembilan kasus.

Agustin menyebut kasus di Puskesmas Kedawung II dan Puskesmas Mondokan juga cukup tinggi dengan kasus kematian bayi masing-masing empat kasus. Kasus tersebut hampir mendekati sama dengan kasus kematian bayi di 2023 sebanyak lima kasus. Sementara di Puskesmas Kalijambe yang pada 2023 ada 10 kasus, jelas dia, hingga Juni 2024 ada satu kasus.

“Inovasi yang dimiliki Puskesmas Kalijambe cukup efektif menekan angka kasus kematian bayi. Inovasinya calon anak sehat, calon ibu sehat, cita-cita untuk semua atau disingkat cas cis cus. Pada kasus kematian ibu juga relatif terkendali. Dengan inovasi yang sama, kasus kematian ibu di Kalijambe pada 2023 ada tiga kasus sedangkan di 2024 tidak ada kasus,” jelas Agustin.

Agustin menerangkan penyebab kematian bayi itu rata-rata berat badan lahir rendah yang kemungkinan disebabkan karena kurang gizi. Dia menerangkan kekurangan gizi di dalam masa kehamilan itu tidak hanya berkorelasi dengan faktor ekonomi keluarga tetapi juga disebabkan faktor si ibu. Dia melihat pengetahuan masyarakat tentang pola makan untuk asupan gizi bayi sejak awal kehamilan masih kurang.

“Rata-rata kasus kematian bayi itu terjadi karena faktor ibunya yang berisiko tinggi saat kehamilan. Ibu hamil risiko tinggi itu biasanya karena adanya penyakit penyerta. Ibu hamil risiko tinggi itu juga disebabkan hamil di usia dini,” jelasnya.

Data Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi/Balita di Sragen 2024

No Puskesmas Kematian Ibu Kematian Bayi
1. Puskesmas Kalijambe 0 kasus 1 kasus
2 Puskesmas Plupuh 1 1 kasus 3 kasus
3 Puskesmas Plupuh 2 0 kasus 0 kasus
4 Puskesmas Masaran 1 0 kasus 6 kasus
5 Puskesmas Masaran 2 0 kasus 0 kasus
6 Puskesmas Kedawung 1 1 kasus 1 kasus
7 Puskesmas Kedawung 0 kasus 4 kasus
8 Puskesmas Sambirejo 0 kasus 3 kasus
9 Puskesmas Gondang 0 kasus 0 kasus
10 Puskesmas Sambungmacan 1 0 kasus 1 kasus
11 Puskesmas Sambungmacan 2 0 kasus 1 kasus
12 Puskesmas Ngrampal 1 kasus 0 kasus
13 Puskesmas Karangmalang 1 kasus 3 kasus
14 Puskesmas Sragen Kota 0 kasus 3 kasus
15 Puskesmas Sidoharjo 1 kasus 3 kasus
16 Puskesmas Tanon 1 0 kasus 1 kasus
17 Puskesmas Tanon 2 0 kasus 0 kasus
18 Puskesmas Gemolong 0 kasus 3 kasus
19 Puskesmas Miri 1 kasus 2 kasus
20 Puskesmas Sumberlawang 1 kasus 3 kasus
21 Puskesmas Mondokan 0 kasus 4 kasus
22 Puskesmas Sukodono 1 kasus 0 kasus
23 Puskesmas Gesi 0 kasus 1 kasus
24 Puskesmas Tangen 1 kasus 2 kasus
25 Puskesmas Jenar 0 kasus 0 kasus
Total 9 kasus 45 kasus

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya